Ibu itu memberi anaknya yang lain sebuah botol dan uang lagi. Anak itu juga membeli minyak sebotol penuh. Dalam perjalanan pulang dia pun terjatuh dan menumpahkan minyaknya. Sekali lagi separuh minyak itu tumpah. Dia memungut botol itu, lalu pulang dengan sangat bahagia. "O... lihat, saya menyelamatkan separuh minyak! Botol tadi jatuh dan sebenarnya dapat saja pecah. Minyaknya tumpah dan sebenarnya bisa saja semuanya tumpah. Tetapi saya telah menyelamatkan separuh minyak!" Keduanya mendatangi ibunya dengan posisi yang sama, dengan botol separuh kosong, separuh penuh. Yang satu menangisi botol yan setengah kosong, yang lain bahagia dengan bagian yang berisi.
Kemudian ibu itu memberi anaknya yang lain sebuah botol dan uang lagi. Dia juga terjatuh dalam perjalanan pulang dan menumpahkan minyaknya. Separuh minyak tumpah. Anak itu memungut botol itu, dan seperti anak ke dua dia mendatangi ibunya dengan sangat bahagia: "Ibu, saya menyelamatkan separuh minyak!" Tetapi anak ini adalah anak Vipassana, yang tidak hanya penuh dengan optimisme tetapi juga dengan realisme. Dia memahami, "Yah, separuh minya memang selamat, tetapi separuhnya hilang." Maka dia berkata kepada ibunya, "Sekarang saya akan pergi ke pasar, bekerja keras sepanjang hari agar mendapatkan lima ribu, dan membeli minyak setengah botol. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu." Inilah Vipassana. Tidak ada peisimisme, melainkan sebaliknya: optimisme, realisme, dan "kerja-isme"!
from Neku