Minggu, 15 Juni 2008

Kerikil dan Mentega

Suatu hari, dengan menangis tersedu tanpa henti seorang pemuda menghampiri Guruku. Guru bertanya:
"Mengapa engkau menangis, hai anak muda?"
"Kemarin ayah saya yang sudah tua meninggal dunia."
"Ya, apa yang bisa dilakukan? Bila dia telah meninggal, menangis tidak dapat membuatnya hidup kembali."
"Ya, hal itu saya paham. Menangis tidak akan membuat ayah saya kembali. Tetapi saya datang kemari dengan satu permohonan. Saya mohon anda melakukan sesuatu untuk ayah saya yang telah meninggal itu."
"Eh? Apa yang dapat saya lakukan untuk ayahmu yang sudah meninggal?"
"Lakukanlah sesuatu, anda adalah orang yang memiliki kekuatan. Anda pasti dapat melakukannya. Semua pendeta, pemohon ampun, dan peminta sedekah toh melakukan segala macam upacara dan ritual untuk membantu yang sudah meninggal. Begitu disini dilakukan ritual, pintu gerbang kerajaan surga akan terbuka. Lalu orang yang sudah meninggal itu diizinkan masuk. Dia memperoleh visa masuk. Sedangkan anda adalah orang yang sangat sakti! Jika anda melakukan ritual untuk ayah saya, beliau tidak akan cuma mendapat visa masuk, beliau akan terjamin bisa tinggal disana selama-lamanya. Beliau akan mendapatkan Green Card! Tolonglah, lakukan sesuatu untuknya!"

Pemuda malang itu amat dipenuhi rasa duka sehingga dia tidak dapat mengikuti argumentasi yang masuk akal. Guruku harus mengunakan cara lain untuk membuatnya paham. Maka beliau berkata: "Baiklah, Pergilah ke pasar dan belilah dua pot dari tanah." Si pemuda sangat gembira karena pikirnya guru telah setuju untuk melakukan ritual untukn ayahnya. Dia berlari ke pasar dan kembali ke dengan dua pot. "Baik," kata guru. "Isilah satu pot dengan mentega." Si pemuda melakukannya. "Isilah satunya dengan kerikil." Ini pun dilakukannya.
"Sekarang tutuplah mulut pot dan segellah dengan baik. Lalu taruh keduanya di kolam sana." Si pemuda melakukannya, dan kedua pot itu tenggelam ke dasar kolam. "Sekarang." kata guru, "ambil satu tongkat yang besar. Hantamlah pot-pot itu sampai pecah." Si pemuda merasa sangat gembira. Pikirnya, guru sedang melakukan suatu ritual untuk ayahnya.

Dengan tongkat seperti nasihat guru, pemuda itu menghantam ke dua pot itu kuat-kuat sampai pecah. Dengan segera, mentega yang diisikan ke dalam satu pot langsung muncul ke permukaaan dan mengapung di air. Kerikil di pot satnya terserak keluar tetapi tetap berada di dasar kolam. Kemudian guru berkata, "Nah, orang muda, sudah kulakukan sampai disini. Sekarang panggilah semua pendeta dan pencipta mukjizat dan suruhlah mereka mulai membaca doa untuk memohon: 'Oh, kerikil, naiklah, naiklah! Oh, mentega, turunlah, turunlah!' Akan saya lihat apa yang akan terjadi"

"Oh, anda pasti bergurau! Bagaimana itu mungkin? Kerikil lebih berat daripada air, jadi pasti tetap berada di dasar. Kerikil tidak dapat muncul ke atas. Itulah hukum alam! Mentega lebih ringan daripada air, jadi pasti tetap berada di permukaan. Mentega tidak dapat turun. Itulah hukum alam!"

"Anak muda, engaku sudah tahu banyak tentang hukum alam, tetapi belum memahami hukum alam ini: jika sepanjang hidupnya ayahmu melakukan perbuatan-perbuatan yang berat seperti kerikil, dia pasti turun; siapa yang bisa menaikkannya? Dan jika semua tindakannya ringan seperti mentenga, dia pasti naik; siapa yang bisa menariknya turun?"

Semakin dini kita memahami hukum alam dan mulai hidup sesuai hukum itu, semakin cepat kita keluar dari penderitaan kita.

 

Hit Counters
Amazing Counters