Jumat, 11 September 2009

Nash Elgate Rvtery - Part 3

"aku sudah tak punya tempat untuk pulang"
Berulang kali, pemuda itu melangkah sambil mengucapkan kalimat itu. Kadang kencang, kadang lirih. Melewati hari-hari perjalanan tanpa arah dan kemudi. Dari Zhou ke Hang. Mungkin dalam pikirannya, dengan begitu ia bisa menemukan tempat untuk memasrahkan diri.

"Aku ini sampah dan tak berguna... lebih baik mati ketimbang menjalani hidup seperti ini." begitulah gumamnya pada sore ini sambil bersandar di pohon mahoni. Gumamnya tidak lebih baik dari pada kemarin ataupun kemarinnya lagi. Ia melelapkan diri dalam keputus-asaan tak terhingga.

Hari ini pun tampaknya berlalu seperti hari yang telah berlalu sejak perang asam.
...

Dari batas cakrawala, melewati setapak rerumputan hijau yang menguning cerah. Berjalan sambil melompat seorang bocah. Keceriaan tampak begitu melekat padanya..

Matanya yang nakal menerawang sekelilingnya, dalam sekali tengok, ia melihat pemuda itu. Dengan terheran-heran, ia mengampirinya sambil berkata:
"Tuan, menurut anda puisi Cloud in The Sky dituliskan diawal atau diakhir?"

Pemuda yang sedang menengelamkan diri dalam keputus-asaan itu, tampaknya merasa begitu tergangu dengan kehadiran anak kecil itu. Saat ini ia tidak bisa menikmati keputus-asaan yang sudah ia larutkan begitu lama dalam kesendirian. Namun ia tetap menjawab biarpun sambil kesal. "...entah, mungkin diawal..."

Terheran dengan tingkah dan jawaban pemuda itu, bocah itu tertawa bergelakak. Tampaknya perkataan yang biasa itu begitu lucu ditelinganya. "..Hahahahaha.. anda salah tuan, Cloud in The Sky ditulis pada akhir sebuah awal. Jawaban anda setengah benar dan setengah salah, tapi anda berkata seolah itu jawaban yang benar, sungguh lucu... hmm.. maukah anda melantunkannya tuan?"

Sambil Kesal dan Malas, ia menjawab, "Bocah, aku tidak tahu dan tidak peduli. Mengapa awan di langit, ataupun mengapa air di sungai... aku sungguh tidak peduli."

"Lalu..?", bocah itu memotong dengan tawa dimukanya. "Apa yang anda pedulikan tuan?"

"Tidak ada..." sambil membalik, mengisyarakatkan bocah itu untuk pergi.

"Lalu, kenapa anda begitu peduli pada keputus-asaan, kegagalan, ataupun hal-hal yang menghingapi pikiran gelap anda, tuan?", bocah itu tampak tidak peduli dengan isyarat itu.

"....." pemuda itu terdiam

Sambil tersenyum, bocah itu melantunkan sebuat syair demikian:

.....
Ku bermimpi
berMimpi? Bukankah itu hal yang sering?
Tidak kali ini berbeda sekali, terlalu nyata.
Aku ingat setiap detail dan detik dari mimpi itu.
Akan kukisahkan karena aku masih mengingatnya dengan jelas.

Bertitik pada pusat angin topan
Terlihat seseorang yang dewasa dan bijaksana.
Ia berbicara dengan seorang pemuda, Demikian.
'Siapa aku?'
'Apa kemampuanku?'
'Apa keinginanku?'
Pemuda itu terdiam, lalu berkata.
'Apakah kau adalah aku?'
'Apa pertanyaan itu untuk kutanya dan kujawab sendiri?'

Arus berganti, terlihat bocah, konon ia adalah ahli siasat yang luar biasa.
Terlihat olehnya seseorang perempuan yang amat tua.
Ada suara bergema,
'Bila ini adalah dia dimasa depan, apa kau masih suka dan mencoba?'
Bocah itu tersenyum dan menjawab langsung,
'Dari awal aku sudah tahu, menang atau kalah, semua kemungkinan, dan akhirnya.
Kau tahu? Aku pasti gagal. Tapi apa yang kulakukan murni atas kemauanku,
aku tak peduli hasilnya.'
Bocah itu menunduk lalu menengadah ke langit sambil tersenyum.
Lalu lanjutnya,
'Bila semua kulakukan atas hasil saja, aku bukanlah manusia.
Dan masalahnya aku hanyalah manusia biasa.
Mau bagaimanapun aku tak bisa menyiasati langit untuk lakukan keinginanku.
Siapapun pasti akan tua, sakit, dan mati.
Tapi yang terpenting adalah yang kusuka dan itu sudah cukup'

Di padang rumput terdapat anak muda terbaring.
Dia tak memiliki apapun. Tapi ia tidak bersedih.
Dia memiliki seluruh dunia ini. Tapi ia tidak bergembira.
Karena ia melepas segalanya.

Semua menjadi benar-benar putih bersih.
Dan mimpi pun berakhir.
Dengan pedoman 'tanpa pedoman'
.....

"Apa anda mengerti maknanya tuan?", tanya bocah itu.

"Bocah.. bila aku masih memiliki tujuan dalam hidup, masih mengejar cita-cita, ataupun ada cinta yang masih perlu kukejar... aku pasti akan meladenimu. Tapi bagiku semuanya sudah berakhir, hidupku saat ini adalah menunggu kematian. Hidupku sudah tanpa makna, baik secara eksplisit maupun implisit..."

"...tuan, anda sungguh picik bila begitu. anda tidak pernah bisa mengatakan hidup anda tanpa makna bila anda tidak mengerti kehidupan cacing ataupun burung yang terlihat bagi kita... lebih tanpa makna. anda bahkan tak mengerti apa-apa soal tujuan, cita-cita, ataupun cinta. Yang anda katakan tidak lebih dari vokal tanpa makna. sungguh picik...", dengan lirih bocah itu membalas kata-kata pemuda itu. Namun senyum tetap mengantung dibibir bocah itu.

Pemuda itu terdiam, berpikir sejenak lalu berkata, "..Lalu bocah, ..bukan Lans Realts. Apa arti kehidupan ini? Janganlah berfilosofi denganku, karena aku sungguh dungu dalam pemikiran abstrak."

Bocah itu menyeringai kemudian berkata, "..Hahahahahahaha.. pertanyaan mudah dengan jawaban mudah, wahai Nash Elgate Rvtery... bukankah jawabannya begitu dekat dengan dirimu? Tepatnya jawabannya ada dalam dirimu sendiri. Jangan memungkirinya.. Jangan mencari diluar, bila ia ada didalam." Sambil berkata, tubuhnya bertumbuh.. dari ukuran bocah menjadi pemuda tampan dengan rambut hitam legam pendek menguntai. Matanya biru gelap, seindah batu saphirre. Lengannya panjang dan tebal. Kakinya kuat dan kekar. Badannya tegap tapi lembut.

"Re, bagaimanapun.. aku sudah tidak punya tempat untuk dituju ataupun pulang. Kemana lagi aku harus melangkah..?", sahut pemuda berambut perak itu. Biarpun tubuhnya sekarang kurus sekali, tetapi seakan pernah terjadi sejarah dimana tubuhnya ideal untuk ukuran prajurit bertombak perak.

Sambil menatapnya ia berkata, "Ah, julukan Sky Shooter itu mungkin menjadi beban yang begitu berat bagimu Rvtery. Kau hingga kini terus menerus membidik langit, kejauhan. Sesuatu yang begitu ambisius dan menyedihkan, sebab kini.. sejak perang asam. Segalanya telah berubah, kau tidak punya lagi resource yang sama untuk melakukan hal yang sama.
Kelebihanmu dulu, menjadi kelemahanmu kini. Sebagai ahli taktik yang luar biasa, pola pikirmu adalah kesalahan, namun untuk membenahinya... hanya kau sendiri yang bisa."

sambungnya sambil menyeringai lagi, "...hehe, bagaimanapun lagi." sambil mengeluarkan tatapan penuh tawa. "Kau harus membenahi tujuanmu, mengatur ulang standard yang telah demikian tinggi kau gantung. Dan menata ulang sesuai dengan keadaan sekarang. Melakukan langkah-langkah kecil untuk mencapai pijakan besar, untuk melakukan lompatan kembali."

Rvtery tertunduk malu sambil berkata,
"Aku ingin keluarga, tapi hanya berharap.
Aku ingin teman, tapi hanya berkata.
Aku ingin kekasih, tapi hanya bermimpi.
Aku ingin kekayaan, tapi hanya menatap.
Kesemuanya memiliki satu INTI
Ingin, tapi tanpa rasionalitas."

lanjutnya.. "Dengan demikian, sesungguhnya selama ini aku telah menjadi orang gila. Yang menginginkan hal yang berbeda tetapi terus melakukan hal yang sama. ..dan untuk menyadarkanku itu, sesungguhnya aku harus berterima kasih padamu, Lans Realts."

"Sungguh..", tegasnya sambil tersenyum. Ini senyum pertama bagi Rvtery sejak perang asam itu. Sejak peristiwa yang membinasakan segala hal yang menjadi tujuan hidupnya.

Mutiara Asli yang berkilau tidak muncul dalam semalam. Begitupun legenda Rvtery sang ahli taktik, kejeniusannya menyebar dalam waktu 2 tahun SAGA. Dalam waktu itu, kata-kata "Jenius" muncul berdasarkan titah Raja-Raja pada masa itu, khusus untuk melukiskan kemampuannya.

 

Hit Counters
Amazing Counters