Selasa, 21 Juni 2011

Mabuk

aku tahu...
dia tak cantik, tidak pintar, tidak sexy, bahkan menarik
tapi aku jatuh cinta padanya
seperti orang frustasi yang mencoba mengejar hal tak bernilai
sahabatku sudah memberitahuku, bahwa ia tak bernilai untuk dikejar
bahkan akupun sudah tahu hal itu sedari awal
dia tak layak untukku

socrates... seperti biasa
pernah berkata bahwa proses berpikir manusia itu ibarat
kereta kuda yang ditarik dua ekor kuda
yang satu kuda rasionalitas
yang satu kuda emosinalitas

rasional mudah dikendalikan tapi tak memiliki tenaga yang besar
sedangkan emosi sulit dikendalikan tapi memiliki tenaga yang besar
membunuh emosi jelas tak mungkin
mengendalikannya adalah keharusan

bila manusia hanya hewan saja, tentu tak masalah
menuruti emosi semata
tapi kita bukan... maka keputusan berdasarkan emosi saja
itu adalah ketololan yang tak dapat dibenarkan
camkan itu... wahai diriku yang sedang mabuk cinta

Jumat, 01 April 2011

Jalan Terjal dan Tebing Curam

Keduanya... bukan jalan yang mudah
sama-sama terjal dan berliku
melelahkan bagai tanpa ujung

yang satu mengarah ketempat
yang diinginkan orang yang kusayang
satu lagi ketempat...
yang kuinginkan

bukan pilihan yang mudah
karena dijalan mana pun
yang ada hanya penderitaan

tapi... ditempat yang kuinginkan itu
ada satu hal yang pasti bisa kupelajari
yaitu... peleburan

Minggu, 02 Januari 2011

New Years and...

Bagaikan Nafas berganti
masuk dan keluar

Seperti Angin selalu bergerak
dari dingin ke panas

Begitu pun waktu
dari masa lalu ke masa depan

Waktu berganti
membawa aliran yang fana

Manakah yang disebut kehidupan?

Kamis, 30 Desember 2010

Dentungan 5 Menit

dalam 5 menit banyak hal bisa berubah
hari ini menjadi Esok
kemarin menjadi Sekarang

dalam dentungan waktu, hidup ibarat perpindahan maya
dari satu pengkondisian ke pengkondisian lainnya
benarkah kita hidup, dan benarkah ini kita

dalam 72hari tubuh kita telah sepenuhnya
tergantikan oleh sel-sel yang sepenuhnya baru
sepenuhnya baru... yang dimakan telah menjadi yang memakan
sesungguhnya manakah tubuh sejati ini?

terlepas dari semua itu keberadaan jiwa adalah sesuatu yang khalik
dan tak lepas dari keindahan dan keyakinan
bahwa itu ada dan nyata

dan tak bisa termaknai dengan kata-kata belaka

Jumat, 19 November 2010

Eagle at Sky

Tak terasa sudah hampir 4 tahun...
Selama itu pula aku berusaha untuk mencurahkan sastra
dalam kepunjangganku yang terbatas
setidaknya sekarang aku menyadarinya

Hidup itu tidak pernah bisa diprediksi...
Apa dan Mengapa...

Dari kanak, cita-citaku selalu berubah
terus dan tak pernah sama
Begitu juga hidupku

dan Sekarang waktunya untuk berjuang
serta memanggil diriku yang hilang...

===

Lucu juga, saat aku berpikir sudahlah...
justru hasrat itu muncul..
menjadi manusia memang unik
aku kembali menulis dan entah sampai kapan

Kamis, 12 Agustus 2010

Lantunan Mabuk

tidak berseri, tidak muram
pikiran ini serasa membusur
menyesali akan waktu yang terbuang
untuk salam perpisahan

menulis puisi mabuk
sesal kekal karena tak sampai

memandang dengan bingung dalam payung kertas
dibawah teduhnya langit dengan awan
menyembunyikan cinta

senyum tidak dapat menyembunyikan malam
jawabannya yang mengigit dari kehangatan

bagai melukis diatas kanvas api
menunggu untuk membenci cinta
ingin memeluk detik-detik terakhir

mengapa, sayang?
mati adalah hal yang kulakukan disaat akhir.
mengapa?

Rabu, 04 Agustus 2010

IV.03. Waktu yang telah Berlalu

Lans Fyonds - Part 4.03

Spring 12, Kura-Kura Api

Semerbak wangi rerumputan yang tersirami mentari pagi berbaur dengan aroma embun. Burung-burung liar bermain di atas rerumputan, sesekali menukik, sesekali meliuk, sesekali menari dengan indah. Suara kicau riang yang begitu ribut, menyambut hari yang baru. Seakan tidak mempedulikan masa lalu ataupun masa depan.

Daerah ini sendiri dinamakan Wumheag oleh penduduk sekitar, bila musim panas tiba, para petani dari lembah akan datang dan bercocok tanam hingga musim gugur, selebihnya tempat ini kosong dan diterlantar begitu saja oleh penduduk sekitar.

Pada musim lainnnya, Wumheag hanya sesekali dilewati para kafilah yang berpergiaan antara Dax'en dan ShangRi.

Sosok-sosok manusia disertai suara percakapan terdengar dari arah Barat. Arah dimana kota Dax'en berada.

"Ayo, kita baru bisa mencapai ShangRi dalam sebulan kalau kalian lemas begitu.", Bapak berkumis jarang itu mencoba menyemangati keluarganya. Istrinya diam, tapi tampak dari raut mukanya ia kelelahan. Lelaki kekar yang berada dibelakang dengan berusaha tersenyum, sambil menuntun kuda-kuda mereka yang sudah lemas tersengat matahari gunung sambil menyeret kereta barang. Anaknya duduk diatas salah satu kuda, duduk lesu kelelahan, sambil memandang sekitar.

"Yah, tempat ini sepi sekali.. Aku ingin makan..", seru bocah itu memandang ayahnya yang berjalan di depan.

Ayahnya, menjawab dalam lelah untuk meladeninya, "Tidak lama lagi, Edward. Keluarga Walter harus memiliki kesabaran. Liat Phil, dia sama sekali tidak mengerutu terus sepertimu."

Edward hanya bisa terdiam lesu mendengar itu.

Perjalanan mereka berlanjut, dataran yang dipenuhi rumput yang hijau. Kicau burung dan suara serangga musim semi memenuhi telingga mereka.

Langit mulai mengelap saat mereka menemukan kedai.
"HA!! Yah, itu ada kedai!! Aku ingin makan pasta..", Edward begitu bersemangat saat melihat kedai itu.
"Iya, Iya.. kita akan kesana."
Raut wajah Phil mendadak muram, dan ia segera menghampiri Ayah Edward dan berbisik pelan.
Mendengar bisikan Phil, Dahi Hix mengerenyit berpikir.. lalu berkata
"Rasanya tidak, daerah ini tergolong aman, Phil."

Mereka masuk ke kedai itu, memesan makanan dan minuman.
Orang-orang di kedai itu tampak begitu garang dan buas saat melihat mereka. Luka dan Tatto berceceran ditubuh mereka.
Pemilik kedai itu, tampak pasrah terhadap pelanggan-pelanggan mereka yang bertampang bajingan itu.

Phil berbisik pada Hix, lalu sesekali Hix mengangguk sebagai tanda setuju.

Setelah selesai dari makan dan minum, lalu membayar hidangan, mereka segera bergegas pergi dari kedai itu. Langkah mereka begitu cepat, seperti dikejar setan. Edward dan Istri Hix tertidur diatas Kuda. Sementara Hix dan Phil memacu kuda mereka yang sudah makan dan beristirahat itu. Kereta barang berdentang kuat mengikuti irama kuda-kuda itu.

Mereka terus memacu sampai perbatasan Wumheag dan ShangRi. Udara mendingin, dan hujan rintik-rintik khas musim semi berjatuhan ditengah gelapnya malam. Kicau burung tidak terdengar lagi, sebagai gantinya suara lolongan serigala di kejauhan.

Mendadak, seiring bunyi desingan kuda-kuda mereka satu persatu roboh dan tersungkur. Serangkaian anak panah, menghujani mereka. Gerombolan yang datang dari kegelapan menghujan mereka dari berbagai arah.
Phil terpanah di kaki, segera mengambil tombak dan melawan. Hix berteriak histeris melihat istrinya terpanah di dada sambil merangkul Edward. Hix yang mengila, mengambil tombak dan melemparkannya ke arah sosok-sosok dalam gelap itu. Bersamaan dengan menusuknya panah itu ke salah seorang dari sosok-sosok itu, Hix jatuh terurai darah akibat hujanan tombak dan panah.
Phil yang kuat pun sudah terengah-engah.. nafasnya yang semakin pendek, tapi kekuataannya membuat ia belum terkalahkan. Mendadak hujan panah menghujaninya dari sampingnya... lalu ia Roboh.

Edward.. bocah malang itu, menyaksikan semua itu.
Mendengar desingan panah, peluh kesakitan, dan hujan darah.
Sebagai putra saudagar miskin, dikala masih berumur 5tahun, ia sudah banyak menjalani hidup susah. Waktu temannya bermain, ia membantu orang tuanya. Waktu temannya belajar, ia berjualan dipinggir jalan. Seakan segala kesulitan itu tidak cukup.
Saat ini diusianya yang baru beranjak 10 tahun, ia harus kehilangan semua anggota keluarganya. Hix, ayahnya yang sabar. Teglar, ibunya yang rewel padanya. Dan Phil, anak buah ayahnya, sekaligus teman dekatnya.

Sosok-sosok penyamun dengan tawa bengis semakin mendekat padanya. Pandangan matanya mengelap karena ketakutan.. Ia menangis, dan ketakutan..

"Hujan...
Hujan Tangis,
Hujan Darah,
Sesungguhnya apa itu Kehidupan?

Disaat semua tertawa mengapa hanya aku yang menangis?
Apakah ada yang dinamakan kebahagiaan di dunia ini?

Hujan tangis, Air mata berlinang
Hujan darah, bersamaan dengan robohnya Kenangan..."

Suara itu mengema, dalam gelapnya pandangan Edward kecil.
Dalam gema suara itu, terdengar jeritan-jeritan.
Ledakan, dan Suara angin yang bergemuruh entah sedih atau marah..
...

Mentari meninggi, penduduk sekitar ShangRi berkerumun di perbatasan. Penuh tanda tanya akan suara gemuruh semalam. Terkejutlah mereka akan hal yang mereka lihat, onggokan puluhan mayat manusia yang tercerai berai, terpotong dengan rapi, sayatan sempurna dalam seribu arah. Membuat mayat tersebut tidak terkenali lagi bentuknya. Hanya mayat Hix, Teglar, dan Phil yang masih tergeletak rapi penuh luka dan anak panah.
Di pinggir mayat kuda, mengigil Edward dengan badannya yang panas demam.

Satu persatu dari mereka mulai bersuara dan memberi pendapat

"Mayat yang terurai tampaknya mayat para penyamun gunung."

"Bocah ini entah sial atau beruntung? Hidup tapi sebatang kara.."

"Tapi bocah ini juga terluka, terdapat anak panah diperutnya."

"Mayat-mayat ini bukan tersayat oleh pedang, tapi angin... dan mereka tersayat bersamaan"

"Angin? Pengendali Anginkah? Tapi sayatan serapi ini, hanya satu orang yang bisa.."

"...Fyonds!! Lans Fyonds!! Hanya dia yang bisa melakukan sayatan ini.."

"Bocah itu, bocah itu pasti melihat rupanya, cepat selamatkan dia, bawa dia ke balai pengobatan!"

"Cepat...!!!"

Penduduk ShangRi, membawa Edward ke ShangRi, mengobatinya, berharap ia bisa mencari Fyonds. Legenda yang hilang dari dunia ini. Untuk membawa keselamatan bagi dunia.

Edward sebatang kara, atas usulan kumulatif para penduduk ShangRi, dimasukkannya ia ke perguruan setempat. Dengan tujuan, mempersiapkannya untuk mencari Legenda yang hilang itu..

bersambung...

 

Hit Counters
Amazing Counters