Minggu, 23 November 2008

BaiZhang, The Best

Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saya bernama lengkap Peter Hanjuan, dan tahun ini (2000) ayah saya meminta saya mengikuti course panjang selama 2bulan. Awalnya saya menolak karena saya pikir ini adalah tindakan yang membuang waktu. Lebih baik saya memperdalam ilmu kedokteran yang hendak saya tekuni dengan otodidak. Tetapi karena beliau terus memaksa, akhirnya saya mengikuti saran beliau. Karena saya tidak ingin mengecewakan orang tua saya.
Langsung 'to the point', saat di course saya beserta 39 orang lainnya dibagi dalam grup-grup yang berisi 4 orang. Dan saya berkumpul dengan grup saya yang sedikit unik. Masing-masing orang di course memiliki kemampuan yang khusus dan unik, tapi rasanya saya mulai menyadari. Course ini berisi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih yang luar biasa tapi karena suatu hal kemampuan itu terkunci. Dan mengapa saya berada didalam kumpulan orang-orang menyedihkan ini?

Saya tipe yang cenderung melakukan hal yang terbaik dengan usaha sekeras mungkin. Ayah saya pernah berkata bahwa saya pasti akan menjadi orang terbaik di dunia. Dan saya berjanji menjadi orang seperti yang ia mimpikan. Demi ayah, ibu dan adikku.
Dalam course ini aku menyadari kelemahanku adalah bekerja dalam grup. Sekalipun saya memiliki kemampuan yang tinggi, tapi dalam grup peran kemampuan saya mengecil jauh. Dalam analisa saya, orang terbaik di grup terbaik, revo. Secara kemampuan individual kalah dibanding saya. Akan tetapi grup kami berbanding terbalik dengan grup mereka. Selama setengah masa perujian, kami selalu masuk dalam grup terbawah. Saya menyalahkan dua orang terburuk dalam team kami, L dan Smith. L sangat pasif dan santai, tidak memiliki kemampuan maupun ambisi. Hal yang paling tak berguna dalam grup kami. Andai bisa saya ingin membuangnya. Kemudian Smith, dia hebat dalam tugas fisik namun otaknya tidak jalan. Tindakannya selalu tanpa pikir panjang yang pada akhirnya membuat kesalahan fatal. SIAL! Saya tidak dapat memikirkan cara untuk menjadi grup terbaik dalam grup separah ini. Will memiliki kreatifitas yang tinggi, namun karena ada Smith akhirnya mereka malah bercanda sepanjang perujian.
Saat sudah pertengahan masa perujian, saya mulai putus asa dan merasa grup kami tidak mungkin mencapai puncak kecuali memenangkan setiap perujian yang tersisa berturut-turut. Dan itu adalah hal yang mustahil. Perujian semakin berat dari waktu ke waktu. Grup kami tidak dipandang sama sekali bahkan oleh para mentor.
Saat itu, L menanyakan hal yang tak penting padaku "apa kau ingin menjadi team terbaik?". Dengan kesal saya menjawab, "tentu saja. Alasan saya disini adalah kemenangan." disana L sedikit terkejut dan menanyakan pertanyaan bodoh "mengapa? Bukankah tidak ada hadiah dari kemenangan? Dan tampaknya tidak menyenangkan menjadi pemenang."
"kau salah, kemenangan sangat berarti, saat kita menang kita menjadi tahu seberapa besar kemampuan kita sesungguhnya dan dari sana kita bisa tahu sampai sejauh mana kita bisa berbuat kebajikan pada dunia ini. Sehingga kita bisa menentukan apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Yang kalah, hanya memiliki sedikit kemampuan untuk memperbaiki dunia." aku menjawab tegas padanya.
"kalau begitu, ayo! Kita jadi yang terbaik." dia menjawab tanpa otak. Tipe yang kubenci, dia tidak mengukur kemungkinan grup kami menjadi peringkat puncak hanya 2%.

Perujian selanjutnya dimulai, ini merupakan ujian yang membutuhkan kemampuan fisik dengan otak yang tinggi. Tapi saat ini Smith tampil luar biasa, tidak ada cacat dalam tindakannya. Dan kami mengambil poin penuh. Perujian demi perujian, kemenangan total demi kemenangan total. Saya tak bisa mengerti, bagaimana grup kami menjadi sehebat ini. Smith menjadi lebih berotak, Will mengunakan kreatifitasnya, saya mengeluarkan kecerdasan saya, dan L terkadang berbisik pada Smith. Terkadang melakukan tindakan bodoh, dan kadang-kadang melakukan tindakan luar biasa. Saat itu saya menyadari saya tidak bisa mengukur seberapa tinggi atau rendah kemampuan L. Tapi pada perujian penentuan untuk menyalip grup revo, saya menyadari L berperan besar dalam kemenangan grup kami. Ia hanya melakukan tindakan kecil yang menciptakan efek-efek tak terduga, yang akhirnya terlihat seperti kebetulan. Dan membuat grup kami melaju ke puncak dengan cemoohan dari grup lain, "grup yang beruntung". Dan grup revo tampaknya menyadari juga peran L, sehingga mereka menyebutnya "Fyonds".
Pada penghujung perujian grup kami mencapai puncak. Saya tidak habis pikir, ini kebetulan atau...

Para mentor menawarkan pada 5 grup terbaik kesempatan untuk memasuki "dunia yang sesungguhnya". Hal ini saya pahami sebagai mendapat pekerjaan untuk membantu dunia dari balik layar. Kami semua menyetujuinya(kedua orangtua saya akan bangga pada saya), kecuali LFyonds dan Smith, mereka benar-benar dua orang bodoh. Mereka mengatakan tidak tertarik pada hal semacam itu.
Dan bagi mereka yang tidak menerima tawaran, akan kembali menjalani kehidupan biasa. Tapi ingatan dan kemampuan mereka akan di "tiadakan" untuk mencegah hal-hal buruk. Entah mengapa saya merasa sedih karena mereka tidak ikut bergabung dengan kami. Mungkin karena kami berjuang bersama-sama saat berusaha mencapai peringkat puncak.
Kabar terakhir (kita-kita satu tahun setelah course) yang saya dengar adalah Smith meninggal karena kecelakaan, dan LFyonds men-trace jiwa Smith kedalam dirinya. Tindakan bodoh... Yang selalu dilakukan oleh orang bodoh. Saya harap mereka baik-baik saja, karena saya pun tak sempat bertemu mereka, sebab pekerjaan disini amatlah banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Hit Counters
Amazing Counters